Skip to main content

Resolusi 2023: Lebih Spesifik Tapi Realistis

Ada yang merasa tahun 2022 itu berjalan sangat cepat?

Aku pribadi ngerasa demikian. Perasaan baru bulan Januari liburan semester, tiba-tiba udah Juli persiapan acara kampus. Eh, ga kerasa udah Desember aja. Apa itu tandanya I actually enjoyed it?

As I said in the previous post, 2022 actually wasn't the best year tapi mayan berkesan. Sekarang udah masuk 2023, yang artinya ada banyak plan & resolusi yang harus disusun dan tentu saja dilakukan. 

Tahun-tahun sebelumnya yang selalu ada di resolusi awal tahun adalah be grateful & happier. Udah itu aja. Gak mau muluk-muluk karena takut ga konsisten dan jadi kecewa. Tapi tahun ini entah kenapa pengen more specific. Pengen syukuri apa aja sih di tahun ini? Mau lebih happy di bagian mana? Setelah pikir-pikir beberapa saat, akhirnya tau ingin dan akan apa. Tentu saja tetap realistis. 

Pertama, I want to be healthier. 

BB naik pas pandemik adalah suatu yang tidak bisa dihindari bagi diri ini. Saya bukan orang yang atletis & sporty. Gasuka olahraga intinya. When I was still in my normal weight around 60+kgs, acuan terbesar dalam pembakaran kalori adalah aktivitas harian seperti kelas, nugas, dan kegiatan kampus. Naik & turun tangga tiap hari, keliling sana sini untuk kerjain tugas, liputan buat kegiatan kampus, dll. Porsi makanan juga gak yang dikit-dikit, intinya kenyang & puas. Pandemic hits, semuanya jadi serba online. Ga ada aktivitas pembuangan kalori sehingga penambahan berat badan tak terelakkan. 

Selama pandemik, aku tes kesehatan 1 kali untuk keperluan lamaran pekerjaan. Hasilnya normal gak ada masalah. Selama pandemik ini juga, cenderung makan apapun. Ngekos jadi sering masak tapi gak jarang juga makan di luar terus. Akhir tahun 2022 cek kolesterol, hasilnya agak mengejutkan. Jumlah kolesterolnya melampaui batas normal, tapi yang nggak tinggi-tinggi amat juga gitu. Tapi ini udah takut, karena genetik keluarga gak begitu bagus karena riwayat jantung, stroke, diabetes. Apalagi pas nimbang dan tau BB sekarang adalah BB terberat aku selama hidup, I realize it is so risky to continue living like this. 

Resolusinya, ingin setidaknya memperbaiki gaya hidup dengan makan lebih sehat (masak sendiri lebih baik) & lebih aktif entah itu mulai olahraga ringan. Turun BB juga bukan fokus utama, tapi setidaknya bisa turun ke angka 70an lebih baik.

Kedua, lebih banyak travelling dan nonton first concert. 

Kalo dipikir-pikir, aku udah pernah ke seluruh provinsi di Jawa kecuali Jawa Barat & Banten. Tahun ini pengen ke Bandung, jalan-jalan sekalian ketemu teman yang selama ini cuman kenal lewat medsos. Terus kalo Banten mungkin ke Tangsel aja kali ya? Liat-liat mall di sana. Gak banyak destinasi sih tahun ini, karena berhubung bakalan pindah domisili 1 semester di Jogja dan rencananya ambil data tesis di Jakarta jadi mungkin bakal hanya di lingkup Jawa. Ada impian untuk ke Bali, Makassar, dan Malaysia sih, tapi tentu saja perlu nabung dulu. 2024 atau 2025 barangkali baru cus. 

Setelah itu, pengen coba ngonser di tahun ini. Berdoa banget YOASOBI jadi konser pertama yang aku liat, tapi kalo emang ternyata jodohnya liat yang lain juga gapapa.

Semuanya tentu saja bisa diwujudkan dengan menabung, menabung, dan menabung. Yuk bisa yuk!

Ketiga, spend wisely & nabung. 

Monthly allowance gak banyak jadi gabisa nabung banyak juga. Dari freelance gigs untungnya masih dapat lumayan untuk nambah tabungan. Tabungan buat 2023 secara spesifik emang tidak lain tidak bukan adalah buat persiapan wisuda, travelling, konser, alat kerjaan, dan investasi. Secara tahun ini juga akan mulai resmi kerja dan dapat penghasilan tetap dari sana, aku udah harus mulai nyusun financial plan karena semakin besar pula tanggung jawab (maklum sandwich generation). Pengen banget punya kendaraan pribadi juga kalo bisa. Terus pengen pindah kos juga di tempat yang lebih nyaman. 

Keempat, balanced screen time. 

2022 adalah tahun di mana screen time dalam hal entertainment melambung tinggi. Tahun ini pengen balance aja. Ga bisa lepas 100% karena hiburanku paling dekat adalah drakor, film, dan YouTube. Terus screen time buat academic & work life juga bisa balance. Itu artinya, harus bisa segera selesai menulis tesis, jurnal, dan wisuda. Kerjaan juga lancar jaya minim kendala. Lalu, untuk rencana bahasa Korea ke depannya mungkin bakal on hold dulu karena belum ada urgensi, mungkin paruh kedua 2023 baru lihat lagi, apakah sudah siap untuk ikut kelas lanjutan seperti persiapan Topik atau Business/Writing Korean. Tentu I prefer online class sih untuk kursus. Lebih simple dan hemat waktu. 

Kelima, lebih sering nulis. 

Sebenarnya buat resolusi ini, gak terpaku nulis apa. Apa aja boleh. Termasuk jurnal harian dan blog. Atau hanya sekadar coretan di notes HP. Tujuannya untuk mencegah agar tulisanku gak makin dull dan ga rapi. Lalu dengan tulisan juga aku bisa lebih ekspresif serta meluapkan rasa stress dengan cara yang murah meriah. 

Akhir kata, aku ga gitu pengen terlalu terpaku dalam resolusi yang dibuat, maksudnya supaya ga kecewa kalau ga terwujud. Tapi semoga aja dengan menuliskannya begini aku jadi lebih terpacu melakukannya, supaya rasa syukur & kebahagian yang kuinginkan dapat terasa sepanjang tahun 2023 melalui resolusi yang dibuat. 

Comments

Popular posts from this blog

Overcame My Biggest Fear

Source:  youthfmay on Twitter Every time I look at this beautiful fan art of the iconic scene from My Liberation Notes , the heavy burden I’ve been carrying painfully for the past two years feels like it’s slowly fading. I wonder—when will my time come? Or… will it ever come? Sometimes, I look at myself in the mirror and see someone hopelessly tired. Just like Mijeong, commuting to work with no reason other than simply showing up and getting through the day, I realize I have something in common with her. Something good will come today. Maybe I should believe that with my whole heart—because Mijeong eventually gets it. And maybe… I will too, someday. My journey of being truthful to myself, and becoming an open book to my friends, family, and colleagues, has never been an easy path. That’s one of the reasons I started this blog five years ago, when I realized I needed a space to pour out all my unspoken feelings. I don’t share much of my stories here, since it takes time and a bit ...

Lolos TPA PAPs UGM Skor 550+ dalam 1,5 Bulan

Jika kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat magister dan doktoral di Universitas Gadjah Mada, maka kamu akan bertemu dengan sebuah persyaratan yaitu skor TPA. TPA atau Tes Potensi Akademik adalah sebuah tes yang dilakukan untuk menguji kemampuan seseorang yang biasanya dilihat dari empat sub tes: Verbal, Angka, Logika, Spasial/Gambar. Sepengetahuanku, TPA biasanya hanya akan terdiri dari sub-sub tes di atas. Terutama bagi TPA jenis tes PAPs (Potensi Akademik Pascasarjana). Berhubung TPA yang aku ikuti hanyalah PAPs maka aku akan lebih menjelaskan apa pun yang berhubungan dengannya. Kebetulan aku perlu skor dan sertifikat PAPs untuk memenuhi pendaftaran di gelombang 2 semester gasal 2021/2022. Jadi, aku akan membagikan pengalamanku mengikuti tes PAPs dalam masa-masa pendaftaran semester gasal saja, yap. Apa itu PAPs? PAPs adalah tes potensi akademik yang diperuntukkan bagi calon pendaftar program pascasarjana (magister dan doktoral) UGM dan pertama kali diluncurkan o...

A reminder on Facebook, 2013: peristiwa hidup lain

a reminder on Facebook, 2013: peristiwa hidup lain Bab I. Cerita Kehilangan 1 Suatu waktu di tahun 2013, ketika aku sedang sibuk-sibuknya menjahit di kelas Prakarya, aku tiba-tiba dipanggil oleh salah seorang guru. Ia memintaku ke gerbang depan karena tanteku beserta suaminya datang menjemput. Hal yang sangat aneh dan jarang terjadi, sebab hari-hari aku pulang tidak pernah dijemput melainkan naik angkot. Aku menyudahi jahitan dan bergegas keluar. Aku menemui mereka yang berdiri tidak jauh dari gerbang menuju arah koperasi. Di situ wajah mereka sudah agak sedikit kelabu, perasaanku menjadi tidak enak. Ya benar saja, kalimat pertama yang keluar dari bibirnya adalah, 'Angku (om)-mu meninggal. Kemas tasmu dan kita pulang.' Seolah-olah langit runtuh di hadapanku, aku mencerna segala kata yang diucapkan. Angku? Angku yang mana? Aku memang punya dua Angku dan aku baru bertemu keduanya beberapa hari lalu. Mana mungkin tiba-tiba meninggal seperti itu? Aku lantas bertanya, 'Angku sia...