Skip to main content

Lolos TPA PAPs UGM Skor 550+ dalam 1,5 Bulan

Jika kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat magister dan doktoral di Universitas Gadjah Mada, maka kamu akan bertemu dengan sebuah persyaratan yaitu skor TPA. TPA atau Tes Potensi Akademik adalah sebuah tes yang dilakukan untuk menguji kemampuan seseorang yang biasanya dilihat dari empat sub tes: Verbal, Angka, Logika, Spasial/Gambar.

Sepengetahuanku, TPA biasanya hanya akan terdiri dari sub-sub tes di atas. Terutama bagi TPA jenis tes PAPs (Potensi Akademik Pascasarjana). Berhubung TPA yang aku ikuti hanyalah PAPs maka aku akan lebih menjelaskan apa pun yang berhubungan dengannya. Kebetulan aku perlu skor dan sertifikat PAPs untuk memenuhi pendaftaran di gelombang 2 semester gasal 2021/2022. Jadi, aku akan membagikan pengalamanku mengikuti tes PAPs dalam masa-masa pendaftaran semester gasal saja, yap.

Apa itu PAPs?

PAPs adalah tes potensi akademik yang diperuntukkan bagi calon pendaftar program pascasarjana (magister dan doktoral) UGM dan pertama kali diluncurkan oleh Fakultas Psikologi UGM tahun 2010. Tujuan PAPs adalah untuk menguji kemampuan akademis seorang calon mahasiswa mengenai keberhasilan belajarnya apabila diterima di jenjang S2/S3.

Mengapa PAPs?

Sebenarnya untuk mendaftarkan diri di jenjang pascasarjana UGM boleh memilih beberapa jalur TPA, yaitu Bappenas, PAPs, dan TPDA PLTI. Alasan pribadi aku sendiri memilih PAPs ialah jumlah soalnya yang tidak sebanyak Bappenas. Untuk PAPs sendiri hanya berjumlah 120 soal dan waktu pengerjaan 100 menit. Sedangkan Bappenas terdiri atas 250 soal dan waktu pengerjaan 3 jam. Kalau PLTI aku nggak tau jumlahnya berapa, ya, karena nggak pernah riset. Melihat dari jumlah soal dan waktu pengerjaan, aku langsung memantapkan hati untuk ikut PAPs saja. Soalnya nggak kebayang gimana bisa aku ngerjain 250 soal TPA itu sendirian dalam waktu persiapan kurang dari 2 bulan? Jadi mending PAPs tapi persiapannya matang dan teratur. 

(Aku juga akan nulis pengalaman lengkap aku saat mendaftar di Magister Ilmu Komunikasi UGM di postingan lainnya.)

Sertifikat PAPs juga berlaku selama 2 tahun. Meski memang aku akui, PAPs ini minusnya ya hanya bisa dipakai untuk lingkup UGM terutama daftar pascasarjana. Sedangkan Bappenas setahuku bisa digunakan di beberapa tempat, misalnya kamu belum yakin di UGM, skor Bappenas kamu bisa dipakai mendaftar di kampus lainnya.

Bagaimana proses pendaftaran tes PAPs?

Biasanya menjelang dibukanya gelombang 1 semester gasal, informasi pendaftaran udah bisa diakses melalui laman UPAP Psikologi UGM. Sebenarnya nggak pas mau pendaftaran aja, sih. Tes PAPs ini dibuka sepanjang tahun jadi rajin-rajin aja cek jadwal di link tersebut. Di sana pun lengkap semua cara mendaftar mulai dari pembayaran hingga pengisian biodata di laman lain yang sudah disiapkan. Karena peminat pascasarjana cenderung lebih banyak di semester gasal, PAPs juga akan lebih sering dilaksanakan (bisa sampai 2 sesi: pagi dan siang) yang biasanya dimulai pada bulan Maret hingga gelombang 2 ditutup yaitu di bulan Juli.

Cek jadwal PAPs secara berkala di Jadwal PAPs

Untuk mendaftarkan diri sebagai peserta PAPs, kamu wajib membayar sebesar Rp200,000 melalui bank yang telah ditunjuk oleh pihak UGM. Aku kemarin bayarnya lewat teller BNI dengan menyebutkan kode host to host. Lengkapnya bisa dilihat di gambar berikut:

Sumber: Prosedur Pembayaran Biaya Tes PAPs
Apa tesnya harus ke UGM?

Selama pandemik, tes PAPs seutuhnya akan dilaksanakan secara daring. Yang artinya, kamu nggak perlu ke UGM atau ke Yogyakarta untuk mengikuti tes. Tes daring juga lebih banyak untungnya, sih, menurutku. Kamu nggak usah keluar biaya ke Yogyakarta (kalau kamu bukan warga sana). Aku kebetulan domisili di Surabaya jadi praktis banget lewat daring.

Bagaimana prosedur PAPs daring?

Prosedur PAPs daring untungnya nggak seribet yang kupikirkan. Setelah berhasil daftar dan memastikan sudah dapat kuota serta memilih jam tes, kamu akan dikirimkan sebuah booklet informasi tentang prosedur PAPs daring dan tautan lainnya yang perlu diisi melalui e-mail. Jadi rajin-rajin cek kotak masuk e-mail kamu, ya!

Nah, salah satu kewajiban utama untuk mengikuti tes ini ialah kamu harus menyediakan laptop dengan spesifikasi WAJIB OS Windows dan minimal Windows 8. Kalau kamu punya MacBook, kamu harus mencari pinjaman laptop OS Windows karena tes ini akan dilakukan melalui sebuah aplikasi yang di-install-kan ke laptop masing-masing. Aplikasi ini berupa sistem untuk mengerjakan soal yang terintegrasi dengan Zoom.

Jadi sambil kamu mengerjakan soal kamu akan diawasi oleh seorang pengawas di tiap ruang dan wajib hukumnya menyalakan kamera dan mikrofon. Selain itu, pastikan kamu memiliki jaringan data/Wi-Fi yang kuat dan punya cukup kuota. Selama tes kemarin aku kurang lebih menghabiskan 3 GB kuota. Lalu, peserta diminta mengenakan kemeja/blus putih dan tidak diperkenankan memakai topi. Bagi yang berhijab, diminta untuk mengenakan hijab warna cerah. Pokoknya, selama pelaksanaan tes ikuti saja instruksi dan peraturan yang telah ditentukan. Kalau kamu punya pertanyaan, langsung saja e-mail ke tim panitia PAPs melalui alamat e-mail yang sudah diinformasikan. Nggak usah malu bertanya kalau memang ada kendala, daripada nanti pas tes kamu mengalami kesulitan dan gagal menyelesaikan tes. Sayang banget, kan?

Apa saja yang diteskan dalam PAPs?

Sub tes PAPs terbagi menjadi tiga: Verbal, Kuantitatif, Penalaran. Pembagian waktu bisa dilihat di bawah ini:

Sumber: Jumlah Soal dan Waktu PAPs

Setiap sub tes akan dilindungi oleh semacam kata sandi yang hanya bisa didapatkan melalui pengawas. Setelah mendapatkan kata sandi, kamu bisa mulai mengerjakan sub tes verbal terlebih dahulu. Selalu perhatikan waktu karena jika telah melebihi batas waktu maka sub tes akan otomatis tertutup dan kamu gak bisa membukanya lagi.

Begitu juga dengan sub tes kuantitatif dan penalaran. Kedua sub tes ini juga memiliki kata sandi dan waktunya masing-masing. Kamu diperbolehkan menggunakan kertas kosong dan alat tulis sebagai kertas buram/cakaran. Dan apabila kamu juga sudah selesai di satu sub tes lebih cepat dari waktu yang diberikan, kamu bisa meminta kata sandi lebih dahulu ke pengawas. Jangan sekali-kali keluar dari Zoom dan logout dari sistem tes bila tanpa seizin pengawas, ya! Kalau sudah selesai, informasikan kepada pengawas nanti mereka akan mengecek dan menyuruhmu untuk merobek kertas buram/cakaran yang digunakan, lalu keluar dari sistem dan Zoom.

Kapan hasil PAPs keluar? Penilaiannya seperti apa?

Kurang lebih 2 minggu sejak tes dilakukan. Tapi kemarin aku tes tanggal 6 Mei sesi 1, dan hasilnya keluar tanggal 9 Mei. Panitia juga akan menginformasikan lewat e-mail mengenai instruksi untuk mengunduh sertifikat. Aku rasa karena saat itu memang lagi banyak yang membutuhkan untuk pendaftaran pascasarjana gelombang 1 yang tutup 17 Mei maka hasilnya pun lebih cepat keluar.

Untuk penilaiannya sendiri, kalau gak salah sempurna itu skornya 800. Bobot skor tiap soal sama harusnya. Pihak UGM gak pernah mempublikasikan penilaian PAPs tapi kira-kira kalau kamu bisa menjawab 80% soal aku rasa akan aman aja. Yang penting doa dan latihan maka semuanya akan berjalan lancar.

(Informasi lainnya yang nggak sempat kujelaskan di sini langsung saja dilihat ke laman https://upap.psikologi.ugm.ac.id/paps/)

Untuk skorku sendiri ada di angka 592. Bagi pendaftar S2 Ilmu Komunikasi, batas minimal skor PAPs adalah 500 dan Puji Tuhan aku udah berhasil memenuhi itu. Nah, bagi first-taker PAPs seperti aku, mendapatkan skor di atas batas minimal menghasilkan rasa syukur tersendiri. Oleh karena itu, aku akan membahas tips belajar untuk tes PAPs dan raih skor 550+ dalam 1,5 bulan.

Contoh sertifikat PAPs (milik pribadi)

1. Buat Rencana Belajar

Karena aku hanya punya waktu 1,5 bulan persiapan ditambah aku juga harus mempersiapkan diri mengikuti TOEFL ITP dan psikotes, maka aku perlu strategi atau rencana pembelajaran yang ideal. Mungkin 1,5 bulan adalah waktu yang lama atau bisa juga waktu yang singkat. Tergantung masing-masing individunya aja. Bagiku 1,5 bulan adalah durasi yang pendek apalagi ini percobaan TPA pertama jadi aku harus punya strategi agar bisa dapat skor minimal persyaratan.

Berhubung kelemahan utamaku ada di angka, maka aku putuskan untuk mempelajari lebih banyak soal-soal kuantitatif. Porsinya lebih banyak dibandingkan sub tes verbal dan penalaran. Seperti yang aku pernah jelaskan sekilas di postingan ini, aku susun rencana belajar dari Senin hingga Sabtu dengan durasi 2 jam. Dalam 2 jam itu aku akan membagi porsi waktu bagi ketiga sub tes dengan pembagian 1 jam kuantitatif, 30 menit verbal, 30 menit penalaran. Itu kulakukan tiap sore hari antara jam 3 sore-8 malam. Intinya batas maksimal aku belajar 2 jam atau bisa lebih, misalkan aku pernah sampai 3,5 jam karena belajar bareng pacar untuk menjelaskan beberapa materi kuantitatif yang gak kupahami.

Oh ya, supaya kamu nggak lupa sama jadwal (mungkin kamu nggak sedang santai atau sambil bekerja), gunakan fitur reminding di kalendar hape masing-masing aja. Pilih waktu yang paling fleksibel bagi kalian untuk belajar. Karena aku pun pernah sekali lupa belajar karena harus mengerjakan sesuatu dan kalendar hape membantu banget.

Setelah membuat rencana belajar, konsisten untuk melakukan sesuai jadwal. Manusiawi memang kalau tiba-tiba merasa capek atau bosan. Nggak apa-apa. Istirahat aja, ambil satu hari libur untuk refreshing. Aku juga begitu, kok. Aku nggak mau memaksakan diri belajar sampai lupa tidur, makan, atau minum. Apalagi belajar dalam tekanan mental yang nggak baik. Jangan merasa bersalah kalau sekali dua kali ambil waktu libur. Asal jangan bablas dan malah nggak belajar terus-terusan!

2. Buku Latihan

Aku mulai belajar dengan bantuan buku latihan soal TPA yang kubeli di Gramedia. Ada banyak banget versi buku latihan TPA sampai aku sendiri juga bingung mau beli yang mana, tapi berhubung pacarku punya buku latihan psikotes yang soalnya ada beberapa kemiripan, aku putusan untuk beli buku yang harganya paling murah tapi isinya kompleks.

Buku TPA yang aku pakai, harga 60an (aku lupa persisnya, beli di Gramedia)

Apakah harus membeli buku untuk belajar? Bagi aku pribadi, aku lebih suka belajar dengan media buku dibandingkan latihan soal PDF yang banyak tersebar di internet. Tapi kalau kamu merasa nggak perlu membeli buku, nggak apa-apa juga. Boleh pakai soal-soal latihan yang ada di Google. Beberapa hari menjelang hari tes aku juga pernah sekali mengambil soal dari internet dan mengerjakannnya. Bentuk soalnya mirip-mirip seperti yang di buku dan tingkat kesulitannya cukup sulit. Maaf aku gak bisa rekomendasikan soal-soal dalam bentuk PDF karena aku udah hapus filenya.

3. Posisikan Diri dalam Simulasi

Mungkin di awal-awal belajar kamu masih kesulitan untuk beradaptasi dengan jenis soal yang beragam. Tak apa, itu bukan masalah besar. Kamu boleh menggunakan minggu-minggu awal belajar untuk beradaptasi terlebih dahulu dan menyelesaikan soal tanpa batas waktu. Setelah kamu merasa bahwa kamu siap untuk mengerjakan soal dalam tekanan hitungan waktu, maka sebaiknya lakukanlah. Posisikan dirimu dalam simulasi PAPs sesungguhnya. Ingat, tiap sub tes punya batas waktu pengerjaan. Jangan terlena dan malah fokus pada beberapa soal saja.

Ada 120 soal PAPs yang memiliki bobot skor sama. Nggak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan satu soal yang sulit. Beralilah ke soal lain segera. Selesaikan soal-soal yang kamu anggap lebih mudah. Biasakan juga untuk menyelesaikan 1 soal dalam rentang waktu 30 detik – 1 menit. Dengan sendirinya kamu akan terbiasa dan akan lebih waspada dengan waktu pengerjaan. Lakukan simulasi ini setidaknya seminggu tiga sampai empat kali. Sepengalamanku, melakukan simulasi seperti ini sangat membantu banyak saat hari tes sebenarnya tiba. Kamu akan jauh lebih peka dengan waktu dan mampu menilai soal-soal yang susah dan mudah. Tapi jangan sampai juga kamu berasa diburu waktu, ya. Tetap tenang saat mengerjakan soal-soal dan kembali ke soal yang dilewati saat waktu masih tersisa. Kuncinya, fokus!

Dari trik-trik yang aku baca, aku buat sendiri, dan sudah diterapkan ke diri sendiri selama proses persiapan PAPs, aku merasa paling utama yang perlu dilakukan adalah berdoa sesering mungkin dan banyak-banyaklah berlatih soal baik dari buku/PDF. Pada awalnya mungkin kamu akan kesulitan kalau belum terbiasa dengan soal-soal TPA, tapi niscaya kalau kamu terus berusaha dalam doa, aku yakin skor TPA kamu bisa memenuhi target minimal persyaratan atau bahkan lebih. Aku pun demikian, dengan belajar santai dan diiringi doa (aku sempat doa Novena Tiga Salam Maria juga. I’ll share the story in different post) aku berhasil mencapai target, bahkan jauh lebih tinggi dari yang aku targetkan.

Semangat dalam menempuh persiapan dan tes PAPs, Tuhan memberkati~

Jika ada pertanyaan, silakan ajukan melalui kolom komentar atau e-mail pribadi ke shiella.liwang@gmail.com

Thank you xx

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menjadi Orang Tua Suportif

 Nemu sebuah menfess di base Twitter. Basically ini chat dua orang yaitu anak & ibu tentang hasil pengumuman SNBP (atau SNMPTN, penyebutan sebelumnya).  Lihat menfess & chat ini aku jadi realize bahwa sebenarnya privilege paling sederhana yang mungkin bisa didapatkan oleh seorang anak yaitu "support orang tua atas keputusan anaknya". Aku yakin anak ini pasti sangat cemerlang di sekolah dan tau apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Tapi melihat respon orang tuanya, aku sangat prihatin dan ikut tersayat hati.  Link Menfess Tapi memang itulah yang terjadi. Nggak jarang pula bahwa ada tipe orang tua yang merasa sebagai "sopir" dalam kehidupan anak-anaknya. Bahwa anak yang dihasilkan adalah suatu keharusan bagi mereka untuk menurut dan berbakti ke orang tua. Anak sering nggak diberi ruang untuk bertumbuh sesuai minat yang membuat dia nyaman. Kadang, anak malah nggak boleh membantah karena alasan materi alias orang tua yang bakalan bayarin sekolah, jadi anak ...

Semarak Lulus Jilid 2

Sudah lama tulisan ini mengendap di draft. Nggak dipungkiri sih, cukup banyak ketegangan dan perubahan-perubahan dalam hidup yang sebenarnya ingin diceritakan, tapi perlu niat yang besar. Seperti tulisanku yang menuliskan gimana 'semarak'nya kelulusan S1 awal 2021 lalu, kali ini aku ingin menorehkan kembali apa yang kualami untuk menambah gelar di belakang suku kata terakhir namaku. Proses untuk meraih gelar magister nggak mudah. Aku sudah pernah share di post sebelumnya kalau aku benar-benar under pressure untuk menuntaskan tesis sampai di titik I believe I don't want to write another academic writing forever. Ada perasaan trauma(?) atau semacam ingin kabur ketika harus kembali membuka laptop dan mengetikkan rumusan penelitian hingga tuntas. Tapi bagaimana bisa kabur, sekarang karierku harus berurusan dengan mereka... Yang tentu saja dengan penuh usaha akan aku lakukan, sembari berdamai dengan jurnal-jurnal dan buku-buku akademis itu. Juli 2023 aku lulus sidang tesis. Aku ...