Nggak terasa udah hampir sebulan aku menjalankan kewajiban
kerja praktik (KP). Di tengah pandemi kayak begini, rasanya kayak hampir
mustahil untuk bisa dapat tempat kerja praktik yang mau bekerja secara remote/daring. Syukurlah, di tengah-tengah kegelisahan, aku berhasil mendapatkan
sebuah posisi sebagai content creator
sosial media di sebuah yayasan non-profit bernama Yayasan Usaha Mulia (YUM) yang
berpusat di Jakarta. Sebetulnya, kampus memberikan kebijakan untuk bisa
mensubtitusi KP perusahaan dengan membuat project.
Tapi aku tetep ingin coba dulu apply
ke beberapa perusahaan (kebanyakan media massa), dan hasilnya hampir semua
menolak dengan alasan tidak menerima anak magang atau harus bekerja di kantor.
Saat orang tua kita masih mampu memberikan pendidikan yang terbaik secara materi maupun non-materi, jadikan itu sebagai pemacu untuk membalas semuanya dengan bersekolah yang baik. Aku yakin Tuhan tidak pernah salah menempatkan rezeki kepada hambaNya, maka dari itu, gunakanlah itu sebijaksana mungkin. Jauhkanlah diri dari kesia-siaan. Jadilah manusia yang autentik serta bermanfaat bagi orang banyak.
Tinggal sebulan lagi waktuku bersama YUM ini. Tapi, aku berharap bahwa setelah masa KP telah selesai, aku tidak hanya menyelesaikannya hanya karena sekedar kewajiban belaka, tapi juga dapat menjadi pribadi yang bertambah ilmu dan rasa syukurnya serta bisa turut membantu langsung mewujudkan cita-cita mulia mereka.
Detik-detik pengumpulan proposal, aku pun berpikir apa
sebaiknya project saja, ya? Toh,
intinya sama-sama berkarya. Tapi takdir berkata lain, aku dipertemukan dengan
sebuah situs untuk para relawan dan di situlah aku berjodoh dengan yayasan ini.
Rasanya tentu saja bahagia, karena impianku sejak dahulu ingin benar-benar
merasakan bagaimana bekerja di sebuah organisasi yang sarat dengan praktik
profesionalisme.
Saat itu nggak perlu menunggu lama hingga dinyatakan lulus.
Di mulai dari pendaftaran daring, submit CV
dan portfolio, sampai interview
singkat bersama salah satu supervisi bernama Kak Sisca. Rasanya sungguh
deg-degan, karena itulah pertama kalinya aku bertatap muka dengan calon atasan
untuk mendapatkan posisi pekerjaan.
Setelah melakukan riset mengenai pekerjaan content creator sosial media, aku pun
harus dihadapkan pada beberapa kemampuan baru yang aku rasa belum punya.
Pertama, analisis audiens. Siapa yang mau lihat postingan kita? Untuk apa
mereka membaca postingan itu? Bagaimana caranya supaya audiens tertarik pada
postingan kita? Engagement seperti
apa yang diinginkan?
Jujur, aku nggak punya pengalaman analisis audiens yang
gimana-gimana gitu. Kebanyakan baca teori doang di kelas. Agak sulit untuk
merealisasikannya ke sosial media sebuah organisasi yang telah berdiri puluhan
tahun. Syukurlah, aku dibantu oleh Kak Sisca yang luar biasa insightful dan ramah. Aku diajarkan
banyak hal mengenai manajemen sosial media di dunia nyata, bukan hanya sekedar
teori di buku paket.
Kedua, aku pun dihadapkan pada kenyataan baru, yaitu aku
harus bisa design. Yap, design! Aku
bukan desainer hebat yang cakap software.
Jangankan cakap, laptop saja nggak memadai. Buka corel, crash. Buka Photoshop,
loading nggak kelar-kelar.
Sebelumnya, aku gagap banget sama namanya aplikasi desain.
Baru kira-kira sejak aku jadi student
staff di kantor Humas kampus, aku diajarkan memakai Coreldraw. Bisa sedikit-sedikit udah buat seneng pasti, tapi gimana
caranya mau diimplementasikan di desain sosial media sebuah yayasan? God! Aku bahkan nggak tau harus bikin
apa.
Pengerjaan desain pertama, aku disarankan pakai Canva dulu. Pakai desain template, warna dasar yayasan, dan layout sederhana. Tentu aja semuanya
selesai dalam sekejap dan hasilnya oke karena semua ornamen tersedia gratis dan
melimpah di sana. Bisa dibilang Kak Sisca juga puas dengan hasilnya. Tapi, apa
aku sendiri puas dengan itu? Awalnya mungkin aku akan jawab, iya. Kemudahan dan
nggak perlu ribet sama Corel yang
buat aku nyaman sama Canva. Lama
kelamaan, aku merasa perlu keluar dari zona nyaman itu dan beralih ke Corel. Pasalnya, toh, udah bisa basic-nya sampai lulus mata kuliah
desain grafis juga. Jadi, kenapa nggak challenge
kreativitas lebih dengan aplikasi editing
profesional?
Kembali ke tujuan awal untuk KP di lingkungan yang
profesional, aku juga ingin skill-ku
bertambah. Aku ingin setelah selesai KP, ada yang bisa aku bawa jadi bekal
selama berkarir nanti. Oleh karena itu, aku pun coba mulai berkreasi lewat Corel, cari tips dan cara desain lebih
bagus lagi. Berbekal browsing dan
nonton YouTube, aku pun mencobanya.
Selama dua bulan masa KP, aku akan terus dihadapkan dengan
tugas baru. Hingga beberapa waktu lalu, aku diberikan sebuah tugas review dokumen laporan sponsor bagi
anak-anak penerima bantuan pendidikan. Oh ya, YUM saat ini bergerak di bidang
pendidikan, kesehatan, dan pengembangan komunitas (seperti lansia, dll) gitu.
Jadi aku sudah tak asing berinteraksi dengan hal-hal seperti fundraising dan sponsorship.
Secara pribadi aku nggak kenal orang-orang yang namanya tercantum
di dokumen itu. Aku hanya membaca sekilas kisah hidup dan melihat foto mereka.
Tapi, di lain sisi, ada suatu hal yang membuat diriku, seorang mahasiswi salah
satu perguruan tinggi di kota besar yang hidup dari uang orang tua dengan
nyaman merasa bak disambar petir siang bolong.
Dalam laporan sponsor itu, aku dipertemukan dengan beberapa
anak yang baru saja masuk SMA atau yang masih SMP. Mereka tinggal jauh dari
Pulau Jawa yang penuh kemudahan. Tepatnya di sebuah kota di Kalimantan, mereka
menempuh pendidikan dengan serba keterbatasan. Seperti pepatah every dreams are valid, mereka juga
menggantungkan impian mereka setinggi mungkin. Namun, nggak mudah bagi mereka
untuk mewujudkannya. Orang tua mereka nggak berhasil mengupayakan pendidikan
sehingga mereka terancam tak bisa menjadi pemilik bengkel atau bekerja di
bidang agrikultur menurut cerita impian mereka di laporan itu.
Di tengah ketidakadilan dunia yang semakin merajalela, ternyata
masih ada orang-orang baik di luar sana yang rela menahan impian anak-anak ini
agar tetap berada di tempat tertinggi. YUM misalnya, ia hadir menjadi wujud
perantara bagi para donor untuk memberikan bantuan. Setiap melihat senyum
mereka di foto-foto itu, aku langsung terenyuh dan terharu. Bayangkan bagaimana
bila nggak ada kesempatan yang datang dari yayasan atau para donor sponsor
pendidikan, apakah nanti mereka masih percaya pada kekuatan mimpi?
Sekali lagi, aku yang kebetulan sangat beruntung ini didorong
untuk lebih banyak bersyukur. Bagaimana sekiranya aku masih diberi kesehatan
dan akses untuk menuntut ilmu yang terasa tak terbatas. Selalu kutanamkan dalam
pikiranku, please don’t take it for
granted… Just don’t. Karena ketika aku masih bisa menggunakan fasilitas
untuk mencurahkan isi hati dan pikiran dalam tulisan ini, juga kalian yang
masih berkesempatan membacanya, suatu saat semuanya bisa lenyap begitu saja.
Oleh sebab itu aku harap kita semua bisa mensyukuri segala hal, sekecil apapun
itu.
Saat orang tua kita masih mampu memberikan pendidikan yang terbaik secara materi maupun non-materi, jadikan itu sebagai pemacu untuk membalas semuanya dengan bersekolah yang baik. Aku yakin Tuhan tidak pernah salah menempatkan rezeki kepada hambaNya, maka dari itu, gunakanlah itu sebijaksana mungkin. Jauhkanlah diri dari kesia-siaan. Jadilah manusia yang autentik serta bermanfaat bagi orang banyak.
Aku sangat bersyukur bisa KP. Menjalankan KP di YUM awalnya
hanya kuanggap sebagai tempatku mendapatkan ilmu baru terutama bekerja secara
profesional. Namun di dalam prosesnya, mata hatiku pun jadi ikut terbuka, bahwa
ada orang yang jauh di bawah kita. Orang-orang yang juga memiliki impian dan
harapan untuk hidup lebih baik. Aku juga jadi tidak henti-hentinya bersyukur
karena telah bertakdir dengan yayasan, seluruh insan yang memberikan dan
diberikan bantuan. Cerita mereka benar-benar menjadi kekuatan tersendiri bagiku
dan aku bahagia telah belajar banyak dari mereka.
Tinggal sebulan lagi waktuku bersama YUM ini. Tapi, aku berharap bahwa setelah masa KP telah selesai, aku tidak hanya menyelesaikannya hanya karena sekedar kewajiban belaka, tapi juga dapat menjadi pribadi yang bertambah ilmu dan rasa syukurnya serta bisa turut membantu langsung mewujudkan cita-cita mulia mereka.
Amin.
Comments
Post a Comment