Skip to main content

Review Novel Jika Kucing Lenyap dari Dunia


           
Jumlah halaman: 254 halaman
Bahasa Indonesia (terjemahan dari bahasa Jepang)
Tahun terbit: 2020
Genre: Life, Drama
Rating: 5/5

Kemarin, aku baru saja menangis. Aku menangisi sebuah cerita yang dikemas dalam sebuah novel. Seingatku, terakhir aku menangis gara-gara tulisan itu saat SMP, tepatnya setelah membaca buku The Fault in Our Stars karya John Green.

            Buku yang sudah difilmkan ini memang menyuguhkan cerita pilu tentang kehidupan cinta sepasang sejoli yang terkena kanker. I cried a river sampe aku nggak berani baca buku yang semenyedihkan itu lagi. Bukannya melepas stress karena melakukan hobi yang disukai, malahan abis itu jadi sakit kepala dan nggak mood seharian. Tapi karena sudah terlanjur beli dan nggak berekspektasi bakal sesedih itu mau nggak mau harus dibaca.

            Apa yang aku rasakan dan alami kurang lebih tujuh tahun lalu itu terjadi lagi tepat kemarin sore. Sebenarnya, aku nggak niat untuk baca novel ini. Aku aja baru tau buku ini karena buku ini dijual sebagai donasi untuk sebuah akun Instagram yang memelihara 16 ekor anabul. Aku akan jelasin lebih banyak tentang Instagram ini habis aku selesai mengulas novelnya.

            Yup, aku emang cengeng. Hahaha. Nonton film sedih dikit, nangis. Nonton drama korea pun juga sama, air mata cepet menetes kalau liat adegan yang sedih. Terus kalau udah gitu akhirnya jadi emosional seharian karena kenyataannya semua itu hanyalah fiksi, I cannot do anything for them, even to give them comfort.

            Buku ini merupakan novel terjemahan dari novel best-seller asal Jepang yang sudah terjual lebih dari dua juta ekslempar berjudul Jika Kucing Lenyap dari Dunia. Sebetulnya novel ini sudah terbit sejak tahun 2012 dan udah difilmkan pada tahun 2016 lalu. Tapi, baru tahun 2020 ini akhirnya si buku diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kalau dilihat dari sampulnya cukup simple, berwarna pink pastel dan gambar kucing imut di bagian bawah. Layaknya novel pada umumnya, sampulnya dilaminasi dove dan cetak timbul di bagian font judulnya.

            Sebelum kita masuk ke ulasan, aku akan mengutip salah satu quote yang bagus sekali dan selalu diulang-ulang di buku ini:

Untuk memperoleh sesuatu, kau harus kehilangan sesuatu. 

            Yang aku suka dari Jika Kucing Lenyap dari Dunia ialah ceritanya. Sinopsis novel ini sangat sederhana. Menceritakan seorang tukang pos tak bernama berusia 30an yang divonis menderita kanker dan memiliki sedikit waktu untuk hidup. Setelah ditampar oleh kenyataan ini, ia akhirnya pulang namun menemui seorang iblis yang bisa memperpanjang hidupnya. Tentu saja nggak ada yang gratis di dunia ini. Sang iblis memberikannya pilihan, jika ia ingin hidup sehari lebih lama, maka ada satu barang yang harus dihilangkan di dunia ini. Beberapa hal yang dia hilangkan inilah yang akan membangun kompleksitas alur cerita. Bagaimana dia berdamai dengan dirinya sendiri, keluarga, teman, dan orang terdekatnya yang terbentuk melalui barang-barang yang hilang itu.

            Di situlah permainan dimulai. Setiap proses demi proses dituliskan oleh si penulis yaitu Genki Kawamura dengan sangat piawai untuk menghinoptis pembaca masuk ke dalam dunia sang karakter dengan banyak perumpaan apik, lalu dibuat tenggelam dan hanyut bersamanya, hingga tidak menyangka kita sudah di penghujung buku. Karakter dijelaskan dengan cukup jelas dan rapi. Munculnya sosok iblis dengan beberapa dialog receh juga cukup membuat suasana lebih berwarna.  Tapi secara keseluruhan Jika Kucing Lenyap dari Dunia dengan jumlah 254 halaman memang pantas untuk dibaca dan pesan-pesannya dapat dijumpai di semua bab. Moral yang ingin disampaikan sangat ngena dan nyesss, terus nggak kerasa air mata pun jatuh. (fun fact: Genki Kawamura juga memproduseri film anime terkenal Your Name dan Weathering With You. I have watched both of them dan emang nggak usah diragukan lagi. Terlalu bagus untuk jadi nyata.)

            Tapi di satu sisi, karena ini buku terjemahan, I want to appreciate the translator too. Tanpa terjemahan yang apik, pesan yang ingin disampaikan novel ini mungkin takkan tersampaikan dengan sempurna.

            Setelah menjalani satu bab bersama si karakter, aku benar-benar ingin mengetahui lebih banyak lagi tentangnya. Aku penasaran seperti apa, sih, dia ini? Kenapa hidupnya semenyedihkan ini? Bahkan ketika mau mati saja ia harus rela menghilangkan sesuatu yang berharga darinya. Segitunya, kah?

            Setelah menjalani bab selanjutnya, aku tersentak lalu berpikir sejenak. Kok bisa sih buku ini memuat sesuatu yang sangat relate dengan kehidupanku sendiri? Makanya, aku makin takut menghadapi ‘realita’ yang disuguhkan dengan gamblang dan telanjang melalui rangkaian kata yang ada. Aku takut membaca refleksi diriku. Seperti apa yang hidupku jalani selama dua puluh tahun ini terpampang jelas di atas kertas. Rasanya sakit, ingin marah, karena aku menyadari diriku sangatlah mirip seperti si karakter, yang takkan ragu memohon untuk hidup lebih lama untuk akhirnya menyadari betapa pentingnya kehidupan yang diberikan secara cuma-cuma ini.

            Dan setelah aku menyelesaikan seluruh bab, di situlah aku menjadi ambyaaaar se ambyar-ambyarnya! Kesimpulannya, novel ini sangatlah bagus untuk jadi nyata. Ia membawa kita kembali ke suatu masa di mana manusia terlalu sibuk mengeluh dan lupa bersyukur. Namun ketika waktu kita sudah habis di dunia ini, semuanya baru terasa. Kenapa aku menghabiskan waktuku seperti ini? Aku belum puas, aku masih ingin melakukan banyak hal! Padahal, jika kita menyisihkan waktu lebih untuk melihat the meaning of our life as a human being, di situlah saatnya kita bersyukur. Don’t take it for granted, bahkan sampai hal yang paling sederhana yaitu napas. Karena ketika napas itu sudah tidak bisa dihirup dan dihembuskan, barulah kita sadar betapa pentingnya napas itu.

            Sesuai judulnya yang memiliki embel-embel kucing, si karakter ini merupakan seorang cat’s owner, dan ya, kuakui kalau munculnya kucing-kucing ini juga yang memberdayakan alur cerita. Tenang, aku nggak akan spoiler apa-apa. Silakan kalian beli bukunya dan nikmati sensasinya sendiri! Hahahaha. Seperti apa yang tertulis di sampul belakang buku ini, jika kamu pecinta kucing, kamu akan menyukainya. Itu benar adanya. 

            Berbicara soal kucing, aku pun punya cerita panjang alias love-hate relationship dengan hewan berbulu dan berkaki empat itu. Mungkin aku akan ceritakan di postingan terpisah karena terlalu panjang kalau diceritakan sekarang. Tapi kalau boleh spoiler, selama 19 tahun aku tak pernah suka kucing, I hate them. Baru-baru saja ini, kira-kira lima bulan belakangan aku jadi suka kucing dan bahkan merawat satu anabul di kos pacar. Ia kucing liar yang suka datang ke kos dan kami (saya dan pacar) berikan dia makanan.

            Karena kesukaanku dengan kucing yang terkesan tiba-tiba inilah, aku bertemu dengan akun Instagram bernama @embilpaws. Pemilik akun ini ialah seorang wanita yang bekerja di bidang ekspedisi dan memiliki 16 ekor anabul, beberapa di antaranya ada Apil, Moyen, Yoda, dan Kichi. Aku sangat tertarik dengan Kichi, si kucing dominan orens bercampur putih. Saat ini ia tengah menjalani perawatan medis karena sarafnya terganggu. Kichi terlahir normal namun karena sebuah insiden (terjatuh) akhirnya ia tidak bisa berjalan dengan normal.

            Seperti yang diketahui, merawat kucing sangatlah membutuhkan biaya. Terutama saat ini perlu untuk memberi perhatian lebih untuk Kichi agar bisa sembuh. Oleh karena itu, melalui Penerbit BACA, buku Jika Kucing Lenyap dari Dunia menjadi sarana kalian yang ingin berdonasi untuk @embilpaws dengan membeli bukunya. Keuntungan sebesar 30% akan langsung disalurkan kepada pemilik @embilpaws. Harga bukunya pun saat ini hanya Rp68.000 (minus ongkir). Kalian bisa membelinya melalui beberapa marketplace, silakan klik link Tokopedia ini, karena lumayan ada gratis ongkirnya.

             Oh, ya, jika kalian juga tengah memelihara kucing dan ingin membeli beberapa perlengkapan kucing seperti makanan dan obat, pemilik @embilpaws juga memiliki akun Shopee yang menjual keperluan tersebut. Feel free to check out the account and make a payment for your fur babies! 

           Yuk kita bantu @embilpaws dengan membaca buku Jika Kucing Lenyap dari Dunia yang sekali lagi kukatakan, sangat bagus ini. Rasanya kayak beli barang one plus one, sambil membaca buku bagus, bisa juga menjadi tempat kita mensyukuri hidup kita dengan berbagi untuk anabul-anabul di @embilpaws.

            Terima kasih sudah singgah dan membaca ulasan ini, orang baik! Sampai jumpa di postingan selanjutnya. Jangan lupa bersyukur hari ini karena kita tidak pernah tahu apakah hari esok masih akan datang menghampiri kita.

Live like a flower!

PS: untuk recap drama Backstreet Rookie akan discontinue dulu sampai beberapa minggu ke depan. Kagok soalnya, lagi magang dan waktu sangat padat ternyata bulan ini even on the weekend. #DeritaSemesterTua
           
           

Comments

Popular posts from this blog

Overcame My Biggest Fear

Source:  youthfmay on Twitter Every time I look at this beautiful fan art of the iconic scene from My Liberation Notes , the heavy burden I’ve been carrying painfully for the past two years feels like it’s slowly fading. I wonder—when will my time come? Or… will it ever come? Sometimes, I look at myself in the mirror and see someone hopelessly tired. Just like Mijeong, commuting to work with no reason other than simply showing up and getting through the day, I realize I have something in common with her. Something good will come today. Maybe I should believe that with my whole heart—because Mijeong eventually gets it. And maybe… I will too, someday. My journey of being truthful to myself, and becoming an open book to my friends, family, and colleagues, has never been an easy path. That’s one of the reasons I started this blog five years ago, when I realized I needed a space to pour out all my unspoken feelings. I don’t share much of my stories here, since it takes time and a bit ...

Lolos TPA PAPs UGM Skor 550+ dalam 1,5 Bulan

Jika kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat magister dan doktoral di Universitas Gadjah Mada, maka kamu akan bertemu dengan sebuah persyaratan yaitu skor TPA. TPA atau Tes Potensi Akademik adalah sebuah tes yang dilakukan untuk menguji kemampuan seseorang yang biasanya dilihat dari empat sub tes: Verbal, Angka, Logika, Spasial/Gambar. Sepengetahuanku, TPA biasanya hanya akan terdiri dari sub-sub tes di atas. Terutama bagi TPA jenis tes PAPs (Potensi Akademik Pascasarjana). Berhubung TPA yang aku ikuti hanyalah PAPs maka aku akan lebih menjelaskan apa pun yang berhubungan dengannya. Kebetulan aku perlu skor dan sertifikat PAPs untuk memenuhi pendaftaran di gelombang 2 semester gasal 2021/2022. Jadi, aku akan membagikan pengalamanku mengikuti tes PAPs dalam masa-masa pendaftaran semester gasal saja, yap. Apa itu PAPs? PAPs adalah tes potensi akademik yang diperuntukkan bagi calon pendaftar program pascasarjana (magister dan doktoral) UGM dan pertama kali diluncurkan o...

A reminder on Facebook, 2013: peristiwa hidup lain

a reminder on Facebook, 2013: peristiwa hidup lain Bab I. Cerita Kehilangan 1 Suatu waktu di tahun 2013, ketika aku sedang sibuk-sibuknya menjahit di kelas Prakarya, aku tiba-tiba dipanggil oleh salah seorang guru. Ia memintaku ke gerbang depan karena tanteku beserta suaminya datang menjemput. Hal yang sangat aneh dan jarang terjadi, sebab hari-hari aku pulang tidak pernah dijemput melainkan naik angkot. Aku menyudahi jahitan dan bergegas keluar. Aku menemui mereka yang berdiri tidak jauh dari gerbang menuju arah koperasi. Di situ wajah mereka sudah agak sedikit kelabu, perasaanku menjadi tidak enak. Ya benar saja, kalimat pertama yang keluar dari bibirnya adalah, 'Angku (om)-mu meninggal. Kemas tasmu dan kita pulang.' Seolah-olah langit runtuh di hadapanku, aku mencerna segala kata yang diucapkan. Angku? Angku yang mana? Aku memang punya dua Angku dan aku baru bertemu keduanya beberapa hari lalu. Mana mungkin tiba-tiba meninggal seperti itu? Aku lantas bertanya, 'Angku sia...