Skip to main content

25th Birthday: Banyak Surprise tapi Bukan Kue & Kado

Gak terasa udah 25 tahun idup di dunia ini. Bersyukur bisa sampe di "quarter life crisis" era. I learned so many things in hard way. Kayak, kok aku udah ngerasain ini padahal baru 20an? Kayaknya dulu pas kecil liat orang lain seperti aku sekarang gak di usia ini. 

Again, mungkin ini part of His plan. 

Ultah kali ini nggak banyak acara. Kado dan kue juga gak meriah, cukup aja. Ngabisin seharian jalan sama pacar; makan, nonton, main PS, ke gym, jalan-jalan ke mall. Classic. Tapi aku seneng banget hari itu. Sebelum hari ultah, sebenarnya ada surprise lain yang aku terima. Another big responsibility, yang akhirnya mengubah skala prioritas dari berbagai aspek. 

Aku udah 1.5 tahun punya side job jadi guru bahasa asing. Aku puas dengan gajinya, aku dibayar pake rate negaranya jadi walaupun side job, aku dapet banyak dari situ. Bahkan kalau rajin, bisa mendekati gapok full time jobku. 

Dari segi finansial, sangat cukup buat menabung. Namun kedatangan tanggung jawab baru ini bikin aku harus meninggalkan side job ini dan fokus dengan full time job. Akan dapat tunjangan memang, tapi it's only 1/3 bahkan 1/4nya doang. I don't want to settle for less. But this is what I sign up for. Yaudah, mencoba legowo sambil mengubah pos-pos pengeluaran dan tabungan lagi. 

Sebenarnya I am so happy dikasih tanggung jawab ini. Aku jadi lebih "sibuk", but in a good way. Aku rasa ini sign baik buat career development, dan meski secara finansial gak yang bagus-bagus amat (malahan downgrade), aku percaya rezeki itu gak hanya datang dari uang doang. Ya, aku juga seneng duit, tapi perasaan lega dan nyaman ketika gak melulu mikirin duit dan tabungan setelah nerima tanggung jawab itu bikin aku merenung. 

Oh, berarti aku masih dipercaya untuk mengemban tugas. 

Dan kepercayaan itu bisa membawa aku kemanapun. 

Tahun ini memang jadi pembelajaran buatku untuk selalu look anything in the brighter side. Semua terjadi pasti karena satu alasan. Dan aku pun sampai di usia ini, juga dengan satu alasan yang Tuhan udah ciptakan dan bingkai di hati dan pikiranku. Aku kuat dan bisa karenaNya. Itu yang bikin hatiku sekarang jauh lebih tenang. 

25 tahun ini permulaan yang baru. Aku belajar begitu banyak hal, dan gak ada penyesalan. Suatu saat nanti, aku bakal mengingat lagi hari dimana aku berumur 25 tahun, menerima tanggung jawab besar, hingga memutuskan sesuatu yang besar pula. I'm still learning and learning, dan kemauan belajar itulah yang membuatku hidup. 

Comments

Popular posts from this blog

Lolos TPA PAPs UGM Skor 550+ dalam 1,5 Bulan

Jika kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat magister dan doktoral di Universitas Gadjah Mada, maka kamu akan bertemu dengan sebuah persyaratan yaitu skor TPA. TPA atau Tes Potensi Akademik adalah sebuah tes yang dilakukan untuk menguji kemampuan seseorang yang biasanya dilihat dari empat sub tes: Verbal, Angka, Logika, Spasial/Gambar. Sepengetahuanku, TPA biasanya hanya akan terdiri dari sub-sub tes di atas. Terutama bagi TPA jenis tes PAPs (Potensi Akademik Pascasarjana). Berhubung TPA yang aku ikuti hanyalah PAPs maka aku akan lebih menjelaskan apa pun yang berhubungan dengannya. Kebetulan aku perlu skor dan sertifikat PAPs untuk memenuhi pendaftaran di gelombang 2 semester gasal 2021/2022. Jadi, aku akan membagikan pengalamanku mengikuti tes PAPs dalam masa-masa pendaftaran semester gasal saja, yap. Apa itu PAPs? PAPs adalah tes potensi akademik yang diperuntukkan bagi calon pendaftar program pascasarjana (magister dan doktoral) UGM dan pertama kali diluncurkan o...

Semarak Lulus Jilid 2

Sudah lama tulisan ini mengendap di draft. Nggak dipungkiri sih, cukup banyak ketegangan dan perubahan-perubahan dalam hidup yang sebenarnya ingin diceritakan, tapi perlu niat yang besar. Seperti tulisanku yang menuliskan gimana 'semarak'nya kelulusan S1 awal 2021 lalu, kali ini aku ingin menorehkan kembali apa yang kualami untuk menambah gelar di belakang suku kata terakhir namaku. Proses untuk meraih gelar magister nggak mudah. Aku sudah pernah share di post sebelumnya kalau aku benar-benar under pressure untuk menuntaskan tesis sampai di titik I believe I don't want to write another academic writing forever. Ada perasaan trauma(?) atau semacam ingin kabur ketika harus kembali membuka laptop dan mengetikkan rumusan penelitian hingga tuntas. Tapi bagaimana bisa kabur, sekarang karierku harus berurusan dengan mereka... Yang tentu saja dengan penuh usaha akan aku lakukan, sembari berdamai dengan jurnal-jurnal dan buku-buku akademis itu. Juli 2023 aku lulus sidang tesis. Aku ...

Menjadi Orang Tua Suportif

 Nemu sebuah menfess di base Twitter. Basically ini chat dua orang yaitu anak & ibu tentang hasil pengumuman SNBP (atau SNMPTN, penyebutan sebelumnya).  Lihat menfess & chat ini aku jadi realize bahwa sebenarnya privilege paling sederhana yang mungkin bisa didapatkan oleh seorang anak yaitu "support orang tua atas keputusan anaknya". Aku yakin anak ini pasti sangat cemerlang di sekolah dan tau apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Tapi melihat respon orang tuanya, aku sangat prihatin dan ikut tersayat hati.  Link Menfess Tapi memang itulah yang terjadi. Nggak jarang pula bahwa ada tipe orang tua yang merasa sebagai "sopir" dalam kehidupan anak-anaknya. Bahwa anak yang dihasilkan adalah suatu keharusan bagi mereka untuk menurut dan berbakti ke orang tua. Anak sering nggak diberi ruang untuk bertumbuh sesuai minat yang membuat dia nyaman. Kadang, anak malah nggak boleh membantah karena alasan materi alias orang tua yang bakalan bayarin sekolah, jadi anak ...